Sunday, June 05, 2016

Interaksi Dengan Al Quran di Bulan Ramadhan (bagian 3)

Interaksi Dengan Al Quran di Bulan Ramadhan (bagian 3)
Interaksi Dengan Al Quran
Perkara keenam:
Banyak orang bertanya bagaimana cara agar respons dengan al-Quran. Kenapa kita tidak khusyuk dalam shalat ketika mendengar Kalamullah? Tidak diragukan bahwa hal itu berpulang pada banyak faktor, yang paling nyata adalah dosa-dosa dan kesalahan yang membebani pundak kita. Meskipun demikian, musti ada sedikit banyak pengaruh al-Quran, sekalipun kecil. Apakah ada jalan untuk itu? Jauh dari kemaksiatan, memperbaiki hati serta menyibukkan diri dengan ketaatan adalah jalan agar respons dengan al-Quran. Seberapa besar kadar perbaikan yang dilakukan, akan sebesar itu pula pengaruhnya. 

Responsif ketika membaca al-Quran memiliki sebab yang bermacam-macam, bisa dikarenakan keadaan orang itu sedang merasa rendah hingga hatinya siap untuk menerima karunia Robb -subhanahu wata'âla-. Siapa yang bersegera hadir di masjid untuk shalat jumuat lalu melaksanakan shalat sunah sebanyak yang dikehendakinya, kemudian berzikir kepada Allah dan membaca Kitabullah, lalu mendengar khutbah, maka hatinya akan lebih respons terhadap Kalamulah dari pada orang yang datang terlambat, tergesagesa karena takut tertinggal shalat. Dengan ketergesaannya itu bagaimana jiwanya akan tenang dan hatinya akan tenteram sehingga dapat memahami Kalamulah dan meresapi makna-maknanya?! Siapa yang telah membaca tafsir dari ayat-ayat yang dibaca oleh imam dan dapat menghadirkan maknanya di pikirannya, maka pengaruhnya akan lebih besar daripada yang tidak mengerti maknanya. Siapa yang melakukan sejumlah ketaatan sebelum shalatnya, maka kekhusyukan dan kedekatan hatinya dengan Kalamulah melebihi yang tidak melakukannya.

Engkau dapati mereka yang dulunya berlumur maksiat lalu Allah beri hidayah begitu menikmati dan merasakan kelezatan Kalamullah. Engkau dapati mereka khusyuk dan menangis. Hal itu tidak lain karena berubahnya keadaan hati mereka dari kerusakan menjadi baik. Jika hal ini terjadi pada mereka yang sebelumnya rusak, maka bagi yang telah lebih dulu melakukan kebaikan tentunya lebih dapat mengupayakannya, mencari apa-apa yang dapat menolongnya untuk khusyuk dan respons terhadap Kalamulah.

Perkara ketujuh:
Banyak yang bertanya, bagaimana aku menjaga ketaatanku yang telah Allah anugerahkan di bulan Ramadhan? Bersama berlalunya bulan, cepat sekali aku kembali meninggalkan ketaatan yang telah aku rasakan kelezatan dan manisnya saat melaksanakannya? Sesungguhnya Rasulullah -shalallah alaihi wasalam- telah menggambarkan kepada kita manhaj (metode) yang jelas dalam setiap amal. Beliau telah menjelaskan dengan sabdanya: "Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan sekalipun sedikit." [HR. al-Bukhari no.5861, Muslim no.1861. dan ini lafal Ahmad 27061, 27097]

Jika kita mengamalkan hadits ini dalam seluruh ibadah kita, sungguh ibadah kita akan banyak yang terjaga. Tetapi ketika kita seperti pengendara yang tergesa-gesa, tidak akan ada etape yang terlampaui karena di tengah jalan terpaksa berhenti kelelahan dan tidak ada tunggangan karena ia sudah tidak lagi berdaya akibat oper kecepatan di awal. Jika seorang muslim membatasi ibadah hariannya dengan sedikit amal harian, yang dia tambah ketika sedang bersemangat, dan kembali kepada batasannya yang sedikit ketika futur (turun semangat), tentu itu bermanfaat baginya. Mudawwamah (kontinuitas) dalam ibadah walaupun sedikit lebih baik daripada melakukannya dalam jumlah banyak tetapi dalam rentang waktu berjauhan atau meninggalkannya sama sekali.

Siapa yang melaksanakan faroid (kewajiban) dan konsekuen melaksanakan sunan rawatib lalu menambahnya dengan ibadah lain yang dia kehendaki, sesungguhnya dia termasuk yang dicintai Allah, sebagaimana yang dikatakan- Nya dalam hadits qudsi: "Senantiasa hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan nawafil (ibadah sunah) hingga Aku mencintainya" [HR. al-Bukhari no.6502. Ahmad 26947]

Menjaga shalat malam dengan tidak tidur sebelum shalat tiga rakaat, meskipun dengan shalat yang ringan. Jika merasa bersemangat ditambah, tapi jika tidak, tetap dengan tiga rakaat. Dalam membaca al-Quran berpatokan dengan satu juz setiap hari. Bila sempurna satu bulan dia telah khatam al-Quran. Pada puasa berpatokan pada tiga hari setiap bulan. Jika mampu untuk ditambah maka ditambah, tapi tidak kurang dari tiga hari. Dalam nafkah berpatokan pada jumlah tertentu –sekalipun kecil-, dan tidaklah berlalu bulan melainkan dia telah menafkahkannya. Demikian pula dengan ibadah-ibadah lain, berpatokan pada asal yang sedikit dan menambahnya ketika sedang bersemangat. Jika semangatnya menurun, dia kembali kepada sedikit yang dipatoknya. Sehingga dia tetap dalam ibadahnya tanpa beban, merasa berat, lupa dan melalaikannya.

Penulis meminta kepada Allah memberi taufik kepada kita terhadap apa-apa yang dicintai dan diridainya, dan menjadikan kita termasuk mereka yang berucap dan berbuat. Jika engkau renungi, bulan Ramadhan sudah menjadi seperti stasiun yang dijadikan manusia sebagai penambah bahan bakar. Ia adalah stasiun orangorang saleh yang bersuka cita dengan kehadiran bulan ini dan menggunakannya untuk mengumpulkan perbekalan dengan beribadah di dunia untuk surga di akhirat. Dia adalah satu-satunya tempat pengasuhan pendidikan yang dimasuki oleh setiap muslim, orang-orang baiknya, yang salehnya juga pelaku maksiatnya. Apakah kita dapat memanfaatkan bulan ini?

Terakhir:
Penulis meminta kepada Allah memberi kita taufik dan ketegaran, agar Allah mengangkat bala bencana dari umat ini, dan memberi petunjuk pemimpin kita kepada apa yang dicintai dan diridai-Nya. Memperlihatkan kepada kita kemenangan kaum muslimin dalam segala aspek kehidupan pada bulan ini, sesungguhnya Dia berkuasa dan mampu akan hal itu. Akhir doa kami adalah segali puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.

Facebook