Friday, May 06, 2016

Mengenal Abu Bakr (bagian 1)

Abu Bakr termasuk pemuka dan tokoh bangsa Quraisy dan termasuk salah seorang yang kaya dan berakal. Dan pada saat Nabi shallallahu alaihi wa sallam diutus maka dia segera beriman dan membenarkannya. Dan Abu Bakr adalah seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebelum diangkat menjadi Nabi dan pada saat turunnya wahyu. Pada saat beliau diangkat menajdi Nabi maka dialah orang yang pertama membenarkan dan beriman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalam sebuah khutbahnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang Abu Bakr: Sesungguhnya orang yang paling aku percayai dalam persahabatan dengan diriku dan paling banyak berkorban dengan harta adalah Abu Bakr. Seandainya aku boleh mengangkat seorang kekasih selain Tuhanku maka aku akan menjadikan Abu Bakr sebagai kekasih. Akan tetapi keterikatanku adalah persaudaraan karena keimanan dan kecintaan…”.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Setiap orang yang aku seru kepada Islam memunculkan penolakan pada dirinya kecuali Abu Bakr.

Beliau mengalami banayak penyiksaan dan intimidasi dari para tokoh-tokoh Quraisy setelah diketahui masuk Islam. Suatu ketika, Utbah bin Rabi’ah mendekati Abu Bakr lalu memukuli wajahnya dengan dua sandal yang di jahit sampai orang-orang tidak bisa membedakan antara hidung dan wajahnya, lalu kaumnya datang untuk menjaganya dan menghalangi kaum musyirikin dari serangan mereka, baru kemudian membawanya pulang dengan cara memasukkannya pada sebuah sarung, mereka tidak ragu lagi dengan kematian Abu Bakr. Maka kabilahnya berkumpul dan mereka bersepakat: Demi Allah, jika Abu Bakr mati maka kita akan membunuh Utbah. Merekapun kembali menemui Abu Bakr sahabat Rasulullah semoga dia tersdar dan bisa berbicara, dan Abu Bakr siuman di akhir siang dan bertanya: Apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?. Allahu Akabr. Itulah cinta sejati, iman yang kuat, dan beliau selalu mengualang-ulangi kalimat ini agar dia tenang dengan keadaan yang dialami oleh sahabat dan kekasihnya. Ibunya keluar menemuinya untuk memberitahukan tentang berita Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan selamat. “Di manakah dia?. Tanyanya kembali. “Di rumah Al Arqam”. Jawabnya. Dia berkata: Demi Allah aku tidak akan makan dan minum kecuali setelah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Pada saat masyarakat sudah melupakan peristiwa tersebut dan memasuki rumah mereka masing-masing keluarganya membawanya menemui Rasulullah dan bertemu dengannya. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memeluk dan menciumnya dan kaum mislimnpun ikut memeluk dan menciumnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat prihatin terhadap dirinya. Dalam rintihan rasa sakit dan luka Abu Bakr bakr: Bapak dan ibuku sebagai tebusan bagimu wahai Rasulullah, tidak ada yang aku rasakan kecuali rasa sakit yang telah ditimpakan oleh si fasiq (Utba bin Rabi’ah) pada wajahku, dan ini adalah ibuku yang sangat berbudi baik dengan kedua orang tuanya, maka serulah dia kepada Islam semoga Allah menyalamatkannya dari api neraka. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyerunya kepada Islam dan diapun masuk Islam.

Aisyah, putrinya radhiallahu anha berkata: Abu Bakr mengharamkan khamar untuk dirinya pada masa jahiliyah maka dia tidak pernah meminumnya baik pada masa jahilliyah atau pada masa Islam datang, hal itu karena suatu peristiwa di mana dia melewati seorang lelaki yang sedang mabuk, sedang meletakkan tangannya pada kotoran lalu mengambilnya. Dia pernah berkata: Aku sama sekali tidak pernah bersujud pada patung. Pada suatu hari, setelah saya menginjak usia dewasa, Abu Quhafah memegang tanganku lalu menggiringku menuju sebuah tempat yang dipenuhi patung-patung. Dia berkata kepadaku: Ini adalah para tuhan-tuhanmu.....lalu dia pergi meninggalkan saya. Akupun mendekati sebuah patung dan berkata kepadanya: Aku lapar, berilah aku makan”, namun patung tersebut terdiam dan tidak menjawab perkataanku. “Aku tidak memiliki pakian, berilah aku pakaian”. Pintanya kembali. Namun lagi-lagi patung itu tidak memberikan jawaban apapun kepadaku. Lalu aku melemparnya dengan sebuah batu besar sehingga hancur lebur”.
Imam Muslim menyebutkan sebuah riwayat dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapakah yang pagi hari ini berpuasa?. Abu Bakar berkata: “Saya”. Rasulullah bertanya kembali: Siapakah dia antara kalian yang hari berpartisifasi menyelenggarakan janazah?”. “Saya”. Jawab Abu Bakar. “Siapakah yang pada hari ini telah memberikan makan kepada orang miskin?”. Tanya Rasulullah. “Saya”. Jawab Abu Bakr. Rasulullah bertanya kemabli: Siapakah di antara kalian yang telah menjenguk orang yang sakit pada hari ini”. “Saya”. Jawab Abu Bakr menambahkan. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah terkumpul kebaikan tersebut pada seseorang kecuali dia pasti masuk surga”.

Umar radhiallahu anhu berkata: “Tidaklah aku berkeinginan mendahului Abu Bakr dalam amal kebajikan kecuali dia telah mendahuluiku dalam kebajikan tersebut”. Ali bin Abi Thalib berakta: Abu Bakr adalah orang yang selalu terkemuka dalam berbuat kebajikan. Demi jiwaku yang berada di tanganNya tidaklah kami berlomba-lomba saling mendahului dalam kebaikan kecuali Abu Bakr mendahului kami”.

Abu Bakr adalah orang yang selalu khusyu’ dan tunduk kepada Allah, banyak menangis karena takut kepada Allah, dialah orang yang mengimami para shahabat pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak ada atau sakit. Aisyah radhiallahu anha berkata kepada para shahabat: Sesungguhnya Abu Bakr adalah orang yang hatinya lembut pada saat mengiamami para shahabat suaranya hampir tidak terdengar karena menangis’.

Bersamaan dengan kekhusyu’an dan ketundukan kepada Allah, beliau juga termasuk sosok pemberani dan terdepan dalam peperangan, pribadi yang mampu menorehkan sejarah kepahlawanan. Pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia seluruh masyarakat terkejut sampai Umar bi Al –Khattab mengingkari kematian beliau shallallahu alaihi wa sallam.

Berlanjut ke bagian ke 2

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.

Facebook