Ibnu al-Baitar
Lewat risalahnya yang berjudul Al-Jami fii al-Tibb (Kumpulan makanan dan obat-obatan yang sedrhana), Ibnu al-baitar turut memberi kontribusi dalam farmakologi dan farmasi. dalam kitabnya itu, al-Baitar mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat yang berhasil dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania antara Spanyol dan Suriah.
Tak kurang dari seribu tanaman obat dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13 M itu berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Tak heran bila kemudian al-Jami fii al Tibb menjadi teks berbahasa arab terbaik yang berkaitan dengan botani pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan al-Baitar sungguh mampu melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih digunakan sampai masa Renaisans di Eropa.
Kitab Saydana fi al-Tibb |
Abu ar-Rayhan al-Biruni (973 - 1051)
Al-Biruni mengenyam pendidikan di Khawarizm. Beragam ilmu pengetahuan dikuasainya seperti astronomi, matematika, filsafat dan ilmu alam. Ia memulai melakukan eksperimen ilmiah sejak remaja. Ilmuwan muslim yang hidup di zaman keemasan dinasti Samaniyyah dan Ghaznawiyyah itu turut memberi kontribusi yang sangat penting dalam farmakologi dan farmasi.
Melalui kitab As-Sydanah fii Tibb, al-Biruni mengupas secara lugas dan jelas mengenai seluk-beluk ilmu farmasi. Kitab penting bagi perkembangan farmakologi dan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1020 - setahun sebelum al-Biruni tutup usia-. Dalam kitab itu, al-Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga meneguhkan peran farmasi serta tugas dan fungsi yang di emban seorang farmakolog.
Abu Ja'far al-Ghafiqi 9wafat 1165 M)
Ilmuawan muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam pengembangan farmakologi dan farmasi. Sumbangan al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu komposisi dan menyimpan obat-obatan dituliskannya dalam kitab al-Jami' al-Adwiyyah al-Mufradah. Risalah itu memaparkan tentang pendekatan dalam metodelogi, eksperimen serta observasi dalam farmakologi dan farmsi.
Ar-Razi
Sarjana Muslim yang dikenal di barat dengan nama Razes itu juga ikut andil dalam membesarkan bidang farmasi dan farmakologi. Ilmuwan muslim serba bisa itu juga telah memperkenalkan penggunaan bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan.
Sabur Ibnu Sahl 9wafat 869)
Ibnu Sahl adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia. Kontribusinya dalam bidang farmakologi dan farmasi juga terbilang sangat besar. Dia menjelaskan beragam jenis obat-obatan dan remedies for ailments. sumbangannya untuk farmakologi dan farmasi dituangkannya dalam kitab al-Aqrabadhin.
Ibnu Sina
Dalam kitab fenomenalnya, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga mengupas tentang farmakologi dan farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang dari 700 cara pembuatan obat dengan kegunaannya. Ibnu SIna menguraikan tentang obat-obatan yang sederhana.
Al-Zahrawi
Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmasi dan farmakologi. Dia adalah perintis dalam pembuatan obat dengan cara sublimasi dan distilasi.
Yuhanna Ibnu Masawaih (777-857)
Orang barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawaih merupakan anak seorang apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan farmasi dan farmakologi. Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawaih membuat daftar sekitar 30 macam aroatik.
Salah satu karya Ibnu Masawaih yang terkenal adalah kitab al-Mushajjar al-Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet.
Abu Hasan 'Ali Sahl Rabban at-Tabari
At-Tabarilahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh khalifah Al-Mu'tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu sumbangan at-Tabari dalam bidang farmakologi adalah dengan menulis sejumlah kitab. Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Salah satu babnya membahas tentang pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ burung. Dia juga memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya.
0 komentar:
Post a Comment