Tuesday, May 03, 2016

Kedokteran Islam di Era Khilafah (Bagian 1)

"Ilmu Kedokteran tak lahir dalam waktu semalam," Ujar Dr. Ezzat Abouleish MD dalam tulisannya berjudul Contribution of Islam to Medicine. Studi kedokteran yang berkembang pesat di era modern ini merupakan puncak dari usaha jutaan manusia, baik dikenal maupun tidak, sejak ribuan tahun silam.

Saking pentingnya, ilmu kedokteran selalu diwariskan dari generasi kegenerasi dan bangsa ke bangsa. Cikal bakal ilmu medis sudah ada sejak dahulukala. Sejumlah peradaban kuno, seperti Mesir, Yunani, Roma,Persia, India serta Cina sudah mulai mengembangkan dasar-dasar ilmu kedokteran dengan cara sederhana.

orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius sebagai dewa kesehatan. Pada era ini, menurut Geoffrey Chaucer, penulis buku Cantenbury Tales, di Yunani telah muncul beberapa dokter atau tabib terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak berkontribusi mengembangkan ilmu kedokteran adalah Hippocrates atau 'Ypocras" (5-4 SM). Dia adalah tabib Yunani yang menulis dasar-dasar pengobatan.
Selain itu, ada juga nama Rufus of Ephesus (1M) di Asia Minor. Ia adalah dokter yang berhasil menyusun lebih dari 60 risalat ilmu kedokteran Yunani. Dunia juga mengenal Dioscorides. Dia adalah penulis risalat pokok-pokok kedokteran yang menjadi dasar pembentukan farmasi selama beberapa abad. Dokter asal Yunani lainnya yang paling berpengaruh adalah Galen pada 2 M.

Ketika era kegelapan mencengkram barat pada abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih oleh dunia Islam yang berkembang pesat di Timur Tengah.

Menurut Ezzat Abouleish, seperti halnya Ilmu-ilmu yang lain, perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang-surut.

Periode pertama dimulai dengan pergerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya kedalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada Masa ini, sarjana dari Suriah dan persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan literatur dari Yunani dan Syiria ke dalam bahasa Arab.

Buah pikiran para tabib di Era Yunani Kuno secara gencar di alih bahasakan. Adalah khalifah  Al-Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah yang mendorong para sarjana untuk berlomba-lomba menerjemahkan literatur penting kedalam bahasa Arab. Khalifah pun menawarkan bayaran yang sangat tinggi, berupa emas bagi para sarjana yang bersedia menerjemahkan karya-karya kuno.

Sejumlah sarjana terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer pengetahuan itu. tercatat sejumlah tokoh seperti, Jurjis Ibnu-Bakhtisliu, Yuhanna Ibnu Masawih serta Hunain Ibnu Ishak ikut menerjemahkan literatur kuno. Selain melibatkan sarjana-sarjana Islam, tak sedikit pula dari para penerjemah itu yang beragama kristen. Mereka diperlakukan secara terhormat oleh penguasa Muslim.
Proses transfer ilmu kedokteran yang berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8 M membuahkan hasil. Pada abad ke-9 hingga ke-13 M, dunia kedokteran ISlam berkembang begitu pesat. Sejumlah Rumah sakit (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu bagi para dokter baru.

Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang. Ezzat Abousleish mengatakan bahwa "Islam benyak memberi kontribusi pada pengembangan ilmu kedokteran."

Sekolah kedokteran pertama yang dibangun ummat Islam adalah sekolah Jindi Shapur. Khalifah dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan kota Baghdad mengangkat Jundis Ibnu Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu. Pendidikan kedokteran yang diajarkandi Jindi Shapursangat serius dan sistematik. Era kejayaan ISlam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu Rushd, Ibnu Al-Nafis dan Ibnu Maimon.

Al-Razi (841-926) dikenal di Barat dengan nama Razes, Pemilik nama lengkap Abu Bakr Muhammad Ibnu Zakaria al-Razi itu adalah dokter istana Pangeran Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khurasan. Ia lalu pindah ke Baghdad  dan menjadi dokter kepala di Rs Baghdad  dan dokter pribadi khalifah. Salah satu buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul "Al-Mansuri" (Liber Mansofis).
Ia meyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain; kesehatan publik, pengobatan preventif dan perawatan penyakit khusus. Bukunya yang lain berjudul "Al-Murshid". Dalam buku itu al-razi mengupas tentang pengobatan berbagai penyakit. Buku lainnya adalah "AL-Hawi". Buku yang terdiri dari 22 volume itu menjadi salah satu rujukan sekolah kedokteran di Paris. Dia juga Menulis tentang pengobatan cacar air.

Bersambung ke bagian ke -2
Dikutip dari buku Khazanah

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.

Facebook